Peti kuno itu sejatinya cantik, berwarna hitam dengan hiasan keemasan. Tapi, saking usangnya, ia disia-siakan sekian lama, hanya dijadikan dudukan televisi dan tempat menyimpan botol-botol minuman beralkohol. 

Hingga suatu hari, seorang juru lelang bertamu ke rumah si empunya. Tak sengaja ia menyadari keberadaan peti berusia 370 tahun itu, saat putri pemiliknya mengangkat televisi di atasnya, dan menawarkan minuman dalam peti itu. 

Peti yang dulu dibeli seharga 165 dolar Australia atau Rp 1,5 juta, nilainya kini berlipat menjadi 10,4 juta dolar Australia atau Rp 95 miliar. Luar biasa! 

Apa yang dulunya dikira peti tua, ternyata adalah barang antik Jepang yang sudah lama hilang. 

Peti berharga itu dibuat dari kayu pohon cemara, sebagian disepuh emas dan logam lainnya. Peti ini diyakini dibuat maestro seni Jepang asal Kyoto, Kaomi Nagashige. Hiasan yang diukir di peti itu menggambarkan mitos Jepang, termasuk "The Tale of Genji" atau "Hikayat Genji"-- yang diakui sebagai novel pertama di dunia.

Perpindahan peti ini terlacak pada 1640, ketika cabang utama VOC mendapatkan peti itu -- yang sebelumnya ada 4 buah. Lalu, 18 tahun kemudian, peti-peti itu berpindah ke tangan sejumlah kolektor ternama. Pernah dimiliki oleh kepala menteri Prancis, Kardinal Jules Mazarin. Penyair Inggris William Beckford juga ada dalam daftar pemiliknya.


Ia lalu disimpan di The Victoria and Albert Museum, London. Hingga suatu hari di tahun 1941, ia hilang tanpa jejak. 

Pemilik yang tak disebut namanya, seorang insinyur yang tinggal di London, membeli peti itu pada tahun 1970 dari seorang dokter asal Polandia, dengan harga Rp 1,5 juta. Ia membawanya serta saat menghabiskan masa pensiun di Prancis -- dan meninggal tanpa pernah menyadari nilainya. 

Dibeli Museum Amsterdam

Dalam pelelangan yang digelar, peti kuno itu dibeli oleh Museum Nasional Amsterdam, Rijksmuseum. Kurator seni Asia Timur, Menno Fitski mengatakan, peti itu tak ternilai harganya. "Peti itu adalah yang terbaik."

Sementara, kurator dari The Victoria and Albert Museum, Julia Hutt mengatakan, pihaknya lega bisa melihat peti itu lagi. "Kami tak punya uang sebanyak itu untuk membelinya. 


Kami pikir, biarlah museum lain yang menawarnya dalam lelang. Dan, saya pribadi merasa senang ketika mengetahui Rijksmuseum telah memenangkan lelang. Itu adalah ‘rumah’ yang cocok untuk peti itu," kata dia seperti dilansir Daily Mail, 11 Juli 2013 lalu.

Mengetahui harga yang dicapai dalam pelelangan, putri si pemilik luar biasa kaget. Ia bisa kaya mendadak hanya dengan menjual peti yang di masa lalu pernah jadi tempat persembunyiannya, ketika main petak umpet saat kecil. (L6)